PENDAGOGI DAN ANDRAGOGI
1.
Perbedaan Pedagogi dan Andragogi
Andragogi
1. Pembelajar disebut “peserta didik” atau
“warga
Belajar
2. Gaya belajar independen
3. Tujuan fleksibel
4. Diasumsikan bahwa peserta didi memiliki
pengalaman untuk berkontribusi
5. Menggunakan metode pelatihan aktif
6. Pembelajar memengaruhi waktu dan kecepatan
7. Keterlibatan atau kontribus peserta sangat
penting
8. Belajar terpusat pada masalh kehidupan nyata.
9. Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama
untuk
ide-ide dan contoh
Pendagogi
1. Pembelajar disebut “siswa” atau “anak
didik”
2. Gaya belajar dipenden
3. Tujuan ditentukan sebelumnya
4. Diasumsikan bahwa siswa tidak
berpengalaman dan/atau kurang informasi
5. Metode pelatihan pasif
6. Guru mengontrol waktu dan kecepatan
7. Peserta berkontribusi sedikit pengalaman
8. Belajar berpusat pada isi ataupengetahuan
teoritis
9. Peserta dianggap sebagai sumberdaya utama
untuk
ide-ide dan contoh
9. Guru sebagai sumber utama yang
memberikaan ide-ide dan contoh
Antonim
Pedagogi
Andragogi
adalah antonim atau kata yang berlawanan makna dengan pedagogi. Dalam pedagogi
mucul kekhwatiran dengan transmisi konten, sementara pada andragogi fokus
perhatian pada bagaimana memfasilitasi akuisisi konten. Andragogi adalah teori
yang menjelaskan metode spesifik yang harus digunakan dalam pendidikan orang
dewasa. Sebagai antonym pedagogi,
praksis andragogi didasari atas asumsi seperti berikut ini.
Pelajar atau waga belajar bergerak menuju
kemerdekaan dan mengarahkan dirinya sendiri. Pendidik atau guru mendorong dan
memelihara gerakan ini.
Pengalaman belajar adalah sumber yang kaaya untuk
belajar bagi siswa atau warga belajar dewasa. Oleh karena itu, metode
pengajaran termasuk diskusi, bersifat pemecahan masalah.
Orang-orang dewasa mempelajari apa yang perlu mereka
ketahui, sehingga program belajar diorganisasi di sekitar aplikasi kehidupan
mereka.
Pengalaman belajar harus didasarkan sekitar
pengalaman, karena kinerja orang terpusat dalam pembelajaran mereka.
Andragogi
mengisyaratkan bahwa pelajar dewasa terlibat dalam identifikasi kebutuhan
beljar mereka dan prencanaan bagaimana kebutuhan-kebutuhan tersebut bisa
dipenuhinya. Belajar bagi orang dewasa harus menjadi aktif, bukan proses
ppasif. Manusia dewasa belajar paling efektif bila peduli dengan memecahkan
masalah-masalah yang oleh mereka dipandang memiliki relevansi dengan pengalaman
sehari-hari mereka.